PERDUKUNAN
VS GLOBALISASI
Dukun,apa
yang anda pikirkan tentang arti kata tersebut setelah mendengarnya,mungkin
sebagian banyak orang jika sudah mendengar kata tersebut berhubungan dengan
hal-hal ghaib atau negatif,yang sebenarnya itu bertentangan dengan agama.Sebenarnya
definisi dukun adalah orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi
jampi-jampi seperti mantra, guna-guna, dan lain sebagainya. Sebenarnya dukun dan perdukunan bukanlah
sesuatu yang baru atau asing dalam sejarah kehidupan manusia. Keberadaannya
sudah sangat lama, bahkan sebelum datangnya Islam dan diutusnya Nabi kita
Muhammad,dukun sudah ada.
Dukun dalam
bahasa Arab disebut Kahin dan tukang ramal disebut 'Arraf. Pengertian 'Arraf
(tukang ramal) adalah: orang yang mengaku mengetahui kejadian yang telah lewat,
yang bisa menunjukan barang yang dicuri atau tempat hilangnya suatu barang.
Pengertian Kahin (dukun) adalah: orang yang memberitakan hal-hal yang ghaib
yang akan terjadi atau sesuatu yang terkandung di hati. Jadi dalam istilah kita
dukun dan tukang ramal adalah orang yang mengaku mengetahui kejadian yang akan
datang baik itu kabar baik atau jelek, dapat menunjukan barang yang dicuri atau
tempat kehilangan suatu barang dan tahu hal-hal yang ghaib serta sesuatu yang
ada dalam hati.
Dukun
sangat kental dengan tradisi kebudayaan Jawa sebagai penolong orang sakit atau
tabib, perantara dunia nyata dengan dunia gaib, dan juga dipakai sebagai simbol
adat pada setiap upacara tradisional.Perdukunan sangat erat dengan kepercayaan
akan para leluhur seperti animisme dan dinamisme di Indonesia, seperti dalam
tradisi Jawa, Sunda, Madura, dan Dayak
Semuanya ini memberikan gambaran yang nyata, bahwa perdukunan memang
sudah dikenal lama oleh masyarakat kita. Dan ilmu ini pun turun-menurun saling
diwarisi oleh anak-anak bangsa, hingga saat ini para dukun masih mendapatkan
tempat bukan saja di sisi masyarakat tradisional, tetapi juga di tengah
lingkungan modern. Hasilnya kini mereka yang pergi ke dukun kemudian percaya
pada kekuatan magis dan menjalankan praktik perdukunan tak mengenal status
sosial: kelas bawah, menengah bahkan atas.Sensasi para dukun itu mampu
melampaui semua tingkat pendidikan. Banyak di antara mereka yang datang ke
dukun merupakan representasi orang-orang terpelajar yang berpikiran Irasional. Perdukunan
ini sama saja seperti kepercayaan, tidak akan hilang kepercayaan tersebut dari
dalam hatinya karena dia meyakini apa yang dianggap benar, biasanya orang-orang
yang ingin cepat kaya dapat banyak harta melakukan segala cara untuk mendapatkan
segalanya denga singkat tanpa kerja keras.
Kepercayaan tentang perdukunan ini
juga di pengaruhi dengan tingkat pendidikan yang rendah, kekecewaan terhadap
penguasa yang tidak bisa membantu rakyat miskin dalam mendapatkan haknya, serta
kemiskinan yang terus meningkat.
Walaupun globalisasi sudah
dicanangkan namun apabila kesadaran masyarakat tentang ilmu pengetahuan masih
kurang peraktek perdukunan akan tetap ada selama masih ada kepercayaan bahwa
dukun merupakan sarana meminta.
Sebenarnya, dukun atau paranormal tidak ada
bedanya, karena itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t mengemukakan, bahwa
paranormal adalah nama lain dari dukun dan ahli nujum (Fathul Majid, hal. 338).
Maka, dukun atau paranormal adalah dua nama yang saling terkait, kadang salah
satunya menjadi penanda bagi yang lainnya.
Padahal, di
dalam Al-Qur’an disebutkan dengan jelas dan pasti, bahwa hanya Allah l yang
mengetahui yang ghaib, adapun selain-Nya tidak.
Allah berfirman:“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Al-An’am: 59)
Allah berfirman:“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Al-An’am: 59)
Dari semua hal yang telah dibahas dan diuraikan dalam Al-Quran semoga kita semua tidak terjerumus kedalam hal tersebut
0 komentar:
Posting Komentar