Senin, 15 April 2013

PERDUKUNAN VS GLOBALISASI


PERDUKUNAN VS GLOBALISASI

Dukun,apa yang anda pikirkan tentang arti kata tersebut setelah mendengarnya,mungkin sebagian banyak orang jika sudah mendengar kata tersebut berhubungan dengan hal-hal ghaib atau  negatif,yang sebenarnya itu bertentangan dengan agama.Sebenarnya definisi dukun adalah orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi seperti mantra, guna-guna, dan lain sebagainya. Sebenarnya dukun dan perdukunan bukanlah sesuatu yang baru atau asing dalam sejarah kehidupan manusia. Keberadaannya sudah sangat lama, bahkan sebelum datangnya Islam dan diutusnya Nabi kita Muhammad,dukun sudah ada.

Dukun dalam bahasa Arab disebut Kahin dan tukang ramal disebut 'Arraf. Pengertian 'Arraf (tukang ramal) adalah: orang yang mengaku mengetahui kejadian yang telah lewat, yang bisa menunjukan barang yang dicuri atau tempat hilangnya suatu barang. Pengertian Kahin (dukun) adalah: orang yang memberitakan hal-hal yang ghaib yang akan terjadi atau sesuatu yang terkandung di hati. Jadi dalam istilah kita dukun dan tukang ramal adalah orang yang mengaku mengetahui kejadian yang akan datang baik itu kabar baik atau jelek, dapat menunjukan barang yang dicuri atau tempat kehilangan suatu barang dan tahu hal-hal yang ghaib serta sesuatu yang ada dalam hati.

Dukun sangat kental dengan tradisi kebudayaan Jawa sebagai penolong orang sakit atau tabib, perantara dunia nyata dengan dunia gaib, dan juga dipakai sebagai simbol adat pada setiap upacara tradisional.Perdukunan sangat erat dengan kepercayaan akan para leluhur seperti animisme dan dinamisme di Indonesia, seperti dalam tradisi Jawa, Sunda, Madura, dan Dayak

Semuanya ini memberikan gambaran yang nyata, bahwa perdukunan memang sudah dikenal lama oleh masyarakat kita. Dan ilmu ini pun turun-menurun saling diwarisi oleh anak-anak bangsa, hingga saat ini para dukun masih mendapatkan tempat bukan saja di sisi masyarakat tradisional, tetapi juga di tengah lingkungan modern. Hasilnya kini mereka yang pergi ke dukun kemudian percaya pada kekuatan magis dan menjalankan praktik perdukunan tak mengenal status sosial: kelas bawah, menengah bahkan atas.Sensasi para dukun itu mampu melampaui semua tingkat pendidikan. Banyak di antara mereka yang datang ke dukun merupakan representasi orang-orang terpelajar yang berpikiran Irasional. Perdukunan ini sama saja seperti kepercayaan, tidak akan hilang kepercayaan tersebut dari dalam hatinya karena dia meyakini apa yang dianggap benar, biasanya orang-orang yang ingin cepat kaya dapat banyak harta melakukan segala cara untuk mendapatkan segalanya denga singkat tanpa kerja keras.

Kepercayaan tentang perdukunan ini juga di pengaruhi dengan tingkat pendidikan yang rendah, kekecewaan terhadap penguasa yang tidak bisa membantu rakyat miskin dalam mendapatkan haknya, serta kemiskinan yang terus meningkat.

Walaupun globalisasi sudah dicanangkan namun apabila kesadaran masyarakat tentang ilmu pengetahuan masih kurang peraktek perdukunan akan tetap ada selama masih ada kepercayaan bahwa dukun merupakan sarana meminta.

Sebenarnya, dukun atau paranormal tidak ada bedanya, karena itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t mengemukakan, bahwa paranormal adalah nama lain dari dukun dan ahli nujum (Fathul Majid, hal. 338). Maka, dukun atau paranormal adalah dua nama yang saling terkait, kadang salah satunya menjadi penanda bagi yang lainnya.
Padahal, di dalam Al-Qur’an disebutkan dengan jelas dan pasti, bahwa hanya Allah l yang mengetahui yang ghaib, adapun selain-Nya tidak.

Allah berfirman:“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Al-An’am: 59)

Dari semua hal yang telah dibahas dan diuraikan dalam Al-Quran semoga kita semua tidak terjerumus kedalam hal tersebut

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More