Kamis, 05 Juni 2014

RESENSI FILM ALANGKAH LUCUNYA (NEGERI INI)

Detail Film

JUDUL FILM                   : Alangkah Lucunya Negeri Ini
PENGARANG                : Musfar Yasin
PRODUSER                   : Zairin Zain
SUTRADARA                 : Deddy Mizwar
PRODUKSI                     : Citra Sinema
TAHUN PRODUKSI       : 2010 
NAMA PEMAIN                  : Reza Rahardian, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Jaja Mihardja, Tio Pakusadewo, Asrul Dahlan, Ratu Tika Bravani, Rina Hasyim, Sakurta Ginting, Sonia, Teuku Edwin

SINOPSIS


          Sebuah film komedi Indonesia karya sineas ternama Deddy Mizwar yang berjudul “Alangkah Lucunya Negeri Ini” mencoba mengangkat potret nyata dalam kehidupan bangsa Indonesia. Dengan membawakan tema pendidikan, film ini mempunyai plot utama yaitu bagaimana Muluk (Reza Rahadian) dan kawan-kawannya bisa mengubah para pencopet cilik untuk tidak lagi mencopet dan beralih usaha yang halal dengan cara yang “tidak biasa”. Selain itu yang tidak kalah serunya adalah adanya bumbu-bumbu komedi yang membuat penonton berpikir seperti celetukan para bocah pencopet atau keadaan-keadaan sekitar film ini yang menggambarkan cerita negeri ini apa adanya.
         
        Sejak lulus S1, hampir 2 tahun Muluk belum mendapatkan pekerjaan. Meskipun ia selalu gagal untuk mendapatkan pekerjaan, ia tidak pernah berputus asa. Suatu hari di pasar, ia bertemu dengan pencopet yang bernama Komet. Komet membawa Muluk ke markasnya, lalu memperkenalkannya kepada bos pencopet yang bernama Jarot. Muluk kaget karena di dalam markas pencopet itu banyak anak-anak yang seusia dengan Komet dan berprofesi sama yaitu, pencopet.
        
        Akal Muluk berputar dan melihat peluang yang ia tawarkan kepada Jarot. Ia meyakinkan Jarot bahwa ia dapat mengelola keuangan mereka, dan meminta imbalan 10% dari hasil mencopet, termasuk biaya mendidik mereka.
         
     Usaha yang dikelola Muluk kini membuahkan hasil, namun di hati kecilnya, Muluk tergerak untuk mengarahkan para pencopet itu agar mau mengubah profesi mereka. Dibanru oleh kedua rekannya yang sama-sama sarjana, Muluk membagi tugas untuk mengajarkan agama, budu pekerti, dan kewarganegaraan.

        Di akhir film, muncul pernyataan keras yang menjadi jiwa film ini: “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”, bunyi pasal 34 UUD 1945. Hal ini sebenarnya mempunyai muatan politis yang menyindir keseriusan para elit politik dalam memperhatikan nasib kaum terpinggirkan.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
  • Kelebihan Film

         Ide film ini sangat bagus. Latar ceritanya pun sesuai dengan keadaan bangsa Indonesia saat ini.   Menceritakan kehidupan para fakir miskin dan anak-anak terlantar yang dilupakan pemerintah.

  • Kekurangan Film

         Film ini menganggap bahwa para lulusan S1 belum tentu mudah mendapatkan pekerjaan dan hanya menceritakan sisi negatif kinerja pemerintahan DKI Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More